Cari Blog Ini

Jumat, 08 April 2011

Siklus Aneh Dibalik Serangan Ulat Bulu

Serangan ulat bulu akhir-akhir ini sangat menggila, “Ini Wabah Ulat Bulu Terparah dalam Sejarah”, Ribuan pohon dipangkas untuk mengendalikan wabah ulat bulu di Purbolinggo, Ulat bulu serang pohon mangga dan rumah warga
Ulat bulu

Pohon mangga di Probolinggo gundul sebelum bisa berbunga
Penduduk Probolinggo direpotkan serangan ulat bulu yang juga menghabiskan dedaunan ekitar 9000 pohon mangga. “Di Kabupaten Probolinggo ini tanaman yang terserang 8.877, ini hasil surveillance di lapangan,” kata Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur Wibowo Eko Putro.
Ulat bulu ini menyerang pohon mangga di Kecamatan Leces, Tegal Siwalan, Bantaran dan Sumber Asih. Wibowo mengatakan pihaknya telah melakukan penyemprotan pestisida selama tiga hari yang akan dilanjutkan sampai seminggu. “Ulat ini sebenarnya mencari tempat dalam rangka proses metamorfosis dari ulat menjadi kepompong.

Minyak tanah

Namun seorang penduduk Desa Kerpangan di Kecamatan Leces, Qobil Yazid, mengatakan kepada BBC Indonesia dia belum pernah melihat serangan semacam ini selama puluhan tahun tinggal di desanya. “Satu pohon bisa gundul itu,” kata Yazid. Yazid mengatakan pemerintah juga melakukan penebangan dahan-dahan yang terserang ulat bulu. Yazid mengatakan penduduk berusaha mengatasi serangan ulat ini dengan menyemprotkan oli dan minyak tanah ke dinding dan lantai. Wibowo menduga bahwa begitu banyaknya ulat bulu yang bermigrasi ke dataran rendah disebabkan oleh hujan abu yang terjadi akibat letusan Gunung Bromo. “Banyak tanaman di dataran tinggi yang mati,” kata Wibowo.
Wibowo mengatakan ulat bulu memilih pohon mangga karena pohon inilah yang tertinggi di dataran rendah. Probolinggo terkenal sebagai produsen mangga dan serangan ini terjadi sebelu pohon mangga berbunga yang biasanya terjadi pada bulan April. Dinas Pertanian Jawa Timur juga sudah meminta petugasnya untuk mengawasi keadaan di daerah-daerah yang bertetangga dengan Probolinggo seperti Pasuruan, Situbondo dan Bondowoso agar serangan ulat bulu ini tidak menyebar lebih jauh lagi
Dibalik Serangan Ulat Bulu Ada Apa ?
Kejadian tahun 2011 ini serupa dengan serangan ulat bulu yang terjadi pada tahun 2009 lalu, tercatat dua kota yang terkena serangan ulat bulu ini, bandung dan lamongan. Awal kejadian di bandung, tgl 26-maret-2009, Serangan Ulat di Setrasari Baru Pertama Kali Terjadi di BandungWarga Perumahan Elite Setrasari Diserang Ulat Bulu akibatnya, Diserang Ulat Bulu, Warga Sempat Ngungsi ke Hotel

Bandung – Saking banyaknya ulat bulu yang menyerang rumah warga, bahkan hingga ke kamar tidur, ada warga yang terpaksa mengungsi ke hotel. Ulat bulu yang jumlahnya ribuan itu telah menyerang perumahan elite, Komplek Setrasari, tepatnya di Jalan Setrasari Kulon Raya sejak Kamis (26/3/2009). Angi (35), pemilik rumah di Jalan Setrasari Kulon Raya No 26 B, mengaku keluarganya terpaksa mengungsi ke hotel karena sudah tak tahan diserang ulat bulu. “Tadi malam kami sekeluarga terpaksa menginap di hotel. Lama-lama kami geli juga karena ulatnya sudah masuk sampai kamar,” ujarnya saat ditemui di kediamannya, Sabtu (28/3/2009). Menurutnya ulat-ulat itu merayap di dinding rumah, halaman rumah, bahkan juga masuk kamar tidur. “Yang paling banyak hari Jumat. Keset di depan rumah saya yang warna cokelat berubah warna jadi hitam. Pas diteliti ternyata ulat semua,” ujarnya sambil bergidik. “Awalnya anak saya senang, karena dia suka sekali dengan binatang. Tapi lama kelamaan jadi ngeri juga. Sudah saya sapu, tapi tetap ada. Bahkan saya mengumpulkannya sampai satu toples,” sambungnya. Angi bercerita pemilik rumah yang berada di belakang rumahnya sempat marah-marah karena jemurannya banyak ulat. “Awalnya dia mengira ulat itu dari rumah saya. Padahal tembok belakang rumahnya itu kan berbatasan dengan lahan kosong. Nah kebetulan itu pas bagian jemuran,” tutur Angi.
Ribuan ulat bulu yang menyerang beberapa rumah warga itu berasal dari dua puluh Pohon Kaliki yang tumbuh di lahan kosong.
Warga di empat dusun, di Desa Sugio, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, dalam sebulan terakhir diresahkan dengan mengganasnya serangan ulat bulu yang menyerang permukiman warga. Begitu banyaknya ulat bulu yang masuk ke dalam rumah warga membuat sebagian warga di empat dusun meliputi Dusun Kedung Sumber, Modong, Jubel Lor, dan Suci memilih mengungsi ke rumah sanak saudara. “Ulat bulu berwarna hitam itu memasuki permukiman warga dengan merayap di sela-sela lubang tembok. Ulat ini menyerang warga dan langsung menimbulkan rasa gatal luar biasa jika menempel pada kulit manusia,” kata Thamrin (45), warga Dusun Kedung Sumber, Jumat (15/5). “Kondisi ini membuat warga takut berada di dalam rumah karena seluruh peralatan dan perabot rumah sebagian dipenuhi ulat,” katanya.
Hal senada dikemukakan Supinah (32), warga Dusun Modong yang mengaku baru pertama kali mengalami peristiwa serangan ulat bulu tersebut. Ia mengatakan, serangan hama ulat itu tidak hanya menyerang warga, tetapi juga menyerang tanaman kedelai yang siap panen. “Hama ulat itu memakan daun dan isi kedelai yang siap dipanen,” katanya. Sebenarnya, kata Supinah, warga sudah berupaya membasmi serangan hama ulat. Namun, hingga kini usaha tersebut belum berhasil, justru serangan ulat makin mengganas. Warga hanya bisa berharap kepada Pemkab Lamongan untuk segera turun tangan membasmi hama ulat. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Lamongan Abdur Rifai, menegaskan, mengganasnya ulat bulu itu karena faktor pergantian cuaca dan itu tidak berbahaya.
Malang – Kondisi cuaca tak menentu di Tanah Air diduga kuat sebagai penyebab ulat bulu (desiciria inclusa) yang jumlahnya mencapai jutaan ekor menyerang enam desa di lima kecamatan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. “Ini kemungkinan besar, karena disebabkan oleh anomali cuaca,” ujar Kepala Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Dr. Ir. Totok Himawan saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Kamis (31/3/2011). Dia menjelaskan, ulat bulu cepat berkembang biak sejalan dengan cuaca buruk terus terjadi. Para predator selama ini menjadi musuhnya, tidak mampu bertahan hidup dengan kondisi cuaca seperti itu.
“Ada namanya braconid dan apanteles, jenis predator yang biasa memangsa ulat bulu,” terangnya. Populasi ulat bulu dengan sendirinya, kata dia, tak terbendung. Seperti terjadi di wilayah Probolinggo. Kasus yang sama, sambung dia, bisa juga terjadi di daerah lain. “Matinya predator, bisa mengembangkan populasi hama. Dan itu bisa terjadi dimana-mana hingga merambah pemukiman penduduk,” sambungnya. Totok mengungkapkan, ulat bulu akan berkembangbiak secara cepat, di lokasi hama itu bertelur. Jika dalam perkembangbiakkannya pada tanaman mangga. Secara pasti bersamaan sirkulasi pertumbuhan hama itu, jenis tanaman yang dihinggapi akan habis diserang. “Kalau disitu banyak mangga, ya tanaman itu yang habis diserang. Jika media pertumbuhan telah habis. Ulat itu akan berkeliaran,” ungkapnya. Selain anomali cuaca dan tingginya curah hujan, lanjut Totok, cepatnya perkembangbiakkan hama ulat bulu juga bisa disebabkan, karena tingginya penggunaan pestisida oleh petani.  “Pemakaian peptisida yang berlebihan juga bisa mematikan predator, yang selama ini menjadi musuh hama tersebut,” tegasnya.
Seperti diberitakan, sudah hampir dua pekan ini, ulat bulu (desiciria inclusa) menyerang enam  desa di lima kecamatan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Serangan ulat  kali ini tergolong terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Desa  Sumber Kedawung dan Pondok Wuluh, Kecamatan Leces, adalah daerah terparah yang diserbu ulat yang menimbulkan gatal-gatal bila tersentuh  itu. Kecamatan yang warganya saat ini siaga dari serangan ulat ini diantaranya Leces, Tegal Siwalan, Bantaran, Wonomerto dan Sumberasih.
Menilik kejadian serangan ulat bulu, maka ditahun 2010 nyaris serangan ulat bulu ini, tidak seheboh tahun 2009 dan tahun 2010 ini dan justru tahun 2011 inilah merupakan puncak dari segala puncak serangan ulat bulu yang berjumlah jutaan( Jutaan Ulat Bulu Serbu Permukiman), dibandingkan dengan tahun 2009 lalu yang berjumlah ribuan saja. 

Warga semakin resah dan cemas akibat wabah jutaan ulat bulu terus menyerang rumah warga di tujuh desa di Probolinggo, Jawa Timur. Jutaan ulat bulu terus menyerang pepohonan dan rumah warga di tujuh desa yaitu Sumber Bulu, Leces, Kedawung, Pondok Wulu. Tigasan, Malasan dan Kerpangan Kecamatan Leces di Probolinggo, Jawa Timur dalam sepekan terakhir. Sejumlah warga memilih mengungsi akibat serangan hama ulat bulu tersebut. Sedangkan sejumlah warga yang tetap bertahan di rumahnya harus membersihkan setiap hari hingga berkali-kali karena jumlah ulat bulu semakin banyak atau jumlahnya bisa berlipat ganda setiap hari. Bahkan setiap hari harus membersihkan serta membakar ulat-ulat tersebut dari dinding serta lantai rumah mereka. Mereka membakar ulat bulu tersebut dengan harapan jumlahnya terus menurun.
Siklus Aneh Dibalik Serangan Ulat Bulu
Sebuah pertanyaan yang muncul pada jutaan ulat bulu ini, mengapa baru sekarang muncul ? mengapa tahun 2010, tahun 2008 dst tidak muncul ?
Tersebutlah sebuah tesis dari masyarakat yang menghubungkan serangan jutaan ulat bulu ini dengan aktifitas gunung bromo, Ulat Bulu Muncul karena Abu Gunung Bromo?
Ulat bulu yang menyerang di Desa Sumber Kesawung, Probolinggo. (Dok: Sun TV)
Ulat bulu yang menyerang di Desa Sumber Kesawung, Probolinggo. 
PROBOLINGGO- Warga Probolinggo, Jawa Timur, sempat menduga bahwa ribuan ulat yang menyerang 11 desa di dua kecamatan terkait dengan letusan Gunung Bromo. Ulat mulai menyerang sejak pekan lalu di Kecamatan Leces dan Kecamatan Tegal Siwalan seiring meredanya guyuran abu Gunung Bromo. Namun, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo Hasyim Ashari menjelaskan, ulat bulu tersebut muncul sebagai dampak perubahan cuaca. “Pada kondisi tersebut hewan serangga akan tumbuh optimal termasuk jenis ulat ini,” jelas Hasyim ditemui saat penyemprotan insektisida di Desa Sumber Kesawung, Leces, Senin (28/3/2011). Hasyim menjelaskan, cuaca peralihan antara musim hujan dan kemarau sangat mendukung bagi ulat untuk berkembang biak. Meski demikian belum ada penjelasan pasti mengapa baru kali ini serangan ulat terjadi. Hasyim menjelaskan, satu induk betina bisa menghasilkan 200 sampai 300 telur, sehingga perkembangan serangga ini sangat cepat. Apalagi didukung dukung fase basah atau peralihan menuju musim hujan. Diperkirakan, dalam waktu 10 hari, ribuan ulat tersebut akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Hanya saja, karena serangan ulat bulu baru kali pertama terjadi di dua kecamatan ini, sudah merasa takut dan jijik. Warga berharap Dinas Pertanian bisa segera mengakhiri serangan ulat bulu ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar