Cari Blog Ini

Senin, 04 April 2011

Sistem Pertahanan diri pada Insecta, Reptil & Ikan

SISTEM PERTAHANAN DIRI

Hewan pada gambar di samping bukanlah ular. Ia hanya seekor ulat kecil. Untuk melindungi diri dari musuh, ia memanfaatkan kemiripannya dengan ular. Ketika diserang hewan lain, makhluk kecil ini dengan tenang mengarahkan ekornya kepada musuh dan menggembungkannya. Seketika, seekor "ular" yang mengerikan muncul di hadapan sang musuh, yang tidak punya pilihan selain lari menyelamatkan diri.
Ekor ulat itu kelihatan sangat mirip dengan ular. Ekor tersebut bahkan memiliki titik hitam besar, menyerupai mata ular yang berkilat-kilat. Sebagai hewan yang bergerak sangat lambat dan mudah dimangsa, ulat itu berhasil lolos dari berbagai marabahaya berkat kemampuan yang luar biasa ini.
Bagaimana ia dapat mempunyai kemampuan seperti itu? Pada "desain" yang sangat menakjubkan ini pasti terdapat jawaban yang memuaskan. Mari kita bahas beberapa skenario sebagai jawaban atas pertanyaan itu:
Skenario pertama: Di masa lampau, ulat mencari berbagai macam cara untuk melindungi dirinya dari serangan musuh. Ia dengan saksama mengamati keadaan sekitarnya. Sampai pada suatu hari, ia menyadari semua musuhnya takut pada ular. Saat itulah ulat ini memperhatikan tubuhnya sendiri dan memutuskan untuk membuatnya mirip dengan ular. Namun, kita tak dapat menjawab pertanyaan bagaimana ia bisa membuat tubuhnya mirip ular, bagaimana ia menata penampilan, warna kulit, dan bentuk tubuhnya agar menyerupai ular. Mari kita anggap bahwa ia "berusaha dengan keras, memaksakan diri, dan akhirnya berhasil". Akan tetapi, ia tak punya banyak waktu untuk "berubah" karena masa hidup ulat sangat pendek; ia akan menjadi kupu-kupu dan terbang.
Penting diperhatikan, ulat ini tak akan bisa meninggalkan jejak apa pun saat ia "mengubah" tubuh, karena ia hanya punya satu kali kesempatan untuk menguji ekor barunya itu. Bila uji coba pertamanya gagal serta tak dapat mengelabui musuh, pasti ia akan mati dan ini berarti semua usahanya sia-sia. Tentu saja, ulat ini juga harus dalam keadaan hidup saat merekonstruksi ulang tubuhnya. Namun, ia sedang beruntung, sehingga tidak berhasil dimangsa musuh. Pada akhirnya, ulat ini mampu menyelesaikan misinya dan "membuat" ekornya tampak seperti ular.
Skenario kedua: Pohon, bunga, serangga, langit, air, hujan, matahari, dan seluruh kekuatan yang tersebar di permukaan bumi bersatu untuk membentuk suatu sistem bagi diri mereka sendiri dan dengan mudah merekayasa ekor ulat tersebut di dalam sistem ini!
Skenario ketiga: Kekuatan besar bernama "kebetulan" telah menambahkan ekor berbentuk ular kepada si ulat, sama halnya kekuatan itu memberikan berbagai hal kepada makhluk hidup lain.
Semua orang pasti bisa melihat kerancuan ketiga skenario yang semuanya berdasarkan teori evolusi: ulat bukanlah perancang yang tanggap dan peka, dan bumi bukanlah sistem yang mempunyai kemampuan untuk merancang dan menciptakan sesuatu. Dengan kata lain, tidak ada satu makhluk hidup pun yang mampu membuat tubuhnya memiliki kemampuan khusus atau mengubah dirinya menjadi spesies lain. Juga tak ada mekanisme apa pun di luar makhluk tersebut yang mampu melakukan hal demikian. (Masalah ini dibahas lebih lanjut pada bab Teori Evolusi).
Mereka yang menganggap alam sebagai suatu mesin yang hebat dan percaya bahwa hal-hal luar biasa yang disebut "kejadian alamiah", "keajaiban alam", "sifat-sifat alam", dan lain-lain, mengetahui betul bahwa yang mereka maksud dengan "alam" adalah udara, air, bumi, pohon, bunga dan serangga; singkatnya, seluruh isi dunia dan tata surya yang didiami bumi kita. Orang pasti tertawa kalau ada yang menyebut bahwa semua makhluk hidup "diciptakan oleh dunia" atau "diciptakan oleh bumi". Meskipun demikian, propaganda yang menggunakan kata "alam kosmos" (cosmic nature) membuat orang memandang alam sebagai makhluk yang "sadar". Kita tidak boleh lupa bahwa alam adalah suatu sistem yang luar biasa teratur dan sempurna, dan bukan pencipta dan pemberi rahmat yang abadi. Allah adalah pencipta makhluk hidup di bumi dan seluruh makhluk terus hidup bersama segala kemampuan yang diberikan oleh Allah kepada mereka.
Dalam bab ini, kita akan mengulas sistem pertahanan diri pada beberapa jenis hewan di alam. Untuk itu perlu diperhatikan suatu hal: sebagian besar proses di alam berdasarkan pada hubungan yang terus-menerus antara pemangsa dan mangsanya. Hubungan ini berada pada keseimbangan yang begitu halus, sehingga selama jutaan tahun, jutaan spesies telah memangsa spesies lainnya, namun tidak ada satu spesies pun yang lenyap. Bila satu spesies penting dalam rantai makanan itu punah, akan timbul kekacauan yang luar biasa. Sebagai contoh, bila trenggiling punah, jumlah semut akan meledak dan menyerbu daerah yang luas dalam waktu singkat.
Bila tak ada campur tangan manusia, hubungan mangsa-pemangsa di antara makhluk hidup terjadi dalam suatu keselarasan yang apik. Bagian terpenting dalam sistem yang menjaga kekalnya keseimbangan ini adalah mekanisme memangsa atau berburu dan mekanisme pertahanan diri pada hewan. Pada bab terdahulu terlihat bahwa beberapa jenis hewan diciptakan dengan kemampuan memangsa yang sangat luar biasa dan kemampuan itu sudah mereka miliki sejak terlahir ke dunia. Bila alam dipenuhi makhluk hidup yang berkemampuan demikian agresif, mereka memangsa secara berlebihan. Akibatnya, hewan-hewan mangsa menjadi punah. Bila mangsa punah, pemangsa akan kelaparan dan alam akan berakhir dalam kehancuran.
Namun, masalah ini telah diatasi dengan sistem yang diciptakan Allah. Sebagaimana pemangsa dilengkapi dengan sistem memangsa yang sempurna, mangsa pun dilengkapi dengan sistem pertahanan diri yang sempurna. Kemampuan kedua belah pihak itu saling menyeimbangkan. Selain itu, kemampuan luar biasa ini memberi kesempatan bagi manusia untuk mengenal kekuatan, kebijaksanaan, dan pengetahuan yang tiada batasnya dari Allah, Sang Maha Pencipta. 

Setiap makhluk hidup diciptakan dengan kemampuan yang berbeda-beda untuk mempertahankan diri. Ada makhluk hidup yang sangat tangkas; mereka mampu menyelamatkan diri dengan berlari. Ada yang tidak dapat bergerak, tetapi dilindungi tameng yang kuat. Ada yang mempunyai kemampuan menakuti-nakuti musuh, misalnya ulat yang telah dijelaskan sebelumnya. Ada yang bertahan dengan cara mengeluarkan gas racun, gas yang menghanguskan, atau gas berbau pada musuhnya. Ada pula yang bertahan dengan cara pura-pura mati, ataupun menyamar.
Pada halaman berikut akan diulas beberapa contoh sistem pertahanan diri yang paling menakjubkan. Semua ini hanyalah contoh spesifik. Masih banyak makhluk hidup yang dianugerahi beragam sistem pertahanan diri yang tak dapat dibahas satu persatu di sini, dan beberapa di antaranya belum ditemukan oleh manusia. Seluruh sistem ini menyingkapkan bahwa tak ada "kekurangan keseimbangan" dalam alam semesta ciptaan Allah dan bahwa kekuasaan, kebijaksanaan, dan pengetahuan-Nya tidak terbatas. Allah menjelaskannya dalam Al Quran:

"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah." (Al Mulk: 3-4)


BERPURA-PURA MATI ATAU TERLUKA

Kebanyakan predator lebih menyukai hewan hidup sebagai mangsa. Bangkai tidak begitu disukai. Kecenderungan ini membentuk dasar untuk sistem pertahanan diri pada sebagian hewan.
Ngengat Harimau pun berpura-pura mati. Namun, ia masih memiliki taktik lain. Ketika ngengat ini jatuh rebah ke tanah, akan tampak sisi tubuhnya berwarna oranye. Warna cerah ini merupakan peringatan bagi pemangsa bahwa rasa ngengat itu tidak enak. Tidak diragukan lagi, seekor ngengat tak mungkin mempunyai kecerdasan untuk menemukan taktik ini dan mengubah warna tubuhnya menjadi warna yang diartikan musuh sebagai "pahit". Ngengat ini telah diciptakan mempunyai kemampuan menarik seperti ini.
Ular Hognose melindungi dirinya dengan cara berpura-pura mati. Mukanya dihadapkan ke atas, mulutnya dibuka, dan ia tidak bergeming sedikit pun layaknya seekor ular mati.
Untuk mengalihkan perhatian musuh yang mengincar anaknya, Rain Bird menurunkan salah satu sayapnya seolah-olah patah. Ia menarik perhatian musuh dengan cara menyeret sayapnya ke tanah seolah-olah terluka. Ia membiarkan musuh mengikutinya sampai sarangnya benar-benar aman. Setelah yakin bahwa musuh telah cukup jauh dari sarangnya, burung itu berhenti berpura-pura dan segera terbang kembali ke anak-anaknya.
Oposum ini diciptakan dengan kemampuan untuk melindungi diri dengan cara berpura-pura mati. Pemangsa akan berpikir bahwa Oposum sudah menjadi bangkai, dan tidak mempedulikannya. Penyamaran ini begitu sempurna hingga denyut jantungnya melambat, bahkan hampir berhenti. Kemampuan melambatkan denyut jantung ini tentu sudah ada pada saat ia diciptakan, bukan keahlian yang diperolehnya kemudian.



SENJATA KIMIAWI

Beberapa jenis makhluk hidup mampu menghasilkan senyawa kimia yang sangat kompleks di dalam tubuhnya. Manusia membutuhkan teknologi dan tingkat ketelitian laboratorium yang sangat tinggi untuk membuatnya, tetapi hewan-hewan tersebut mampu menghasilkan zat kimia tersebut dengan mudah. Beberapa contoh di antaranya:

KUMBANG PENYEMPROT
Hewan pada gambar di bawah ini adalah "Kumbang Penyemprot". Ia memiliki mekanisme pertahanan yang berbeda dengan hewan lain. Bila terancam bahaya, campuran dua zat kimia (hidrogen peroksida dan hidrokuinon) yang sebelumnya disimpan di "organ penyimpan" dipindahkan ke "organ semprot". Dengan bantuan efek pemercepat enzim katalis khusus (peroksidase) yang disekresikan dinding "ruang semprot", campuran zat kimia itu berubah menjadi senjata kimia menakutkan bersuhu 100 C. Jika terbakar semprotan cairan zat kimia mendidih yang disemprotkan dengan tekanan tinggi tersebut, musuh yang akan panik dan urung memangsa.
Bagaimana serangga ini memiliki mekanisme pertahanan serumit ini? Mustahil ia "sendiri" yang ini telah mengembangkannya.
Bagaimana mungkin seekor kumbang dapat membuat rumus dua macam zat kimia yang meledak jika bercampur? Kalaupun ia mampu membuatnya, bagaimana ia bisa menghasilkan dan menyimpan keduanya di dalam tubuhnya? Andaipun kumbang tersebut dapat melakukannya, bagaimana ia membentuk ruang penyimpanan dan ruang semprot di dalam tubuhnya untuk kedua zat ini? Bahkan bila semua kemampuan ini telah dimiliki, bagaimana ia menentukan rumus zat katalis yang dapat mempercepat reaksi kedua zat kimia tersebut? Kumbang juga harus menyekat dinding ruang ledak dan dinding saluran untuk menyemprotkan campuran zat tersebut dengan bahan tahan api agar dirinya tak ikut terbakar.
Sistem yang diperlihatkan kumbang ini bahkan tak dapat dilakukan manusia, kecuali ahli kimia. Dan tentu saja, ahli kimia itu tidak melakukannya di dalam tubuhnya sendiri, melainkan di laboratorium!
Tentu tak masuk akal menganggap kumbang ini sebagai ahli kimia dan perancang yang menakjubkan, sehingga mampu mengatur tubuhnya sendiri sesuai dengan reaksi yang timbul. Jelas, kumbang melakukan sistem pertahanan dirinya sebagai refleks, tanpa menyadari akibatnya. Di alam, tak ada satu pun makhluk yang memiliki kekuatan dan kearifan sedemikian tinggi. Manusia pun tak mampu menciptakan makhluk seperti itu. Jangankan menciptakan makhluk yang kompleks, membuat satu protein pun-salah satu zat kimia paling sederhana yang mendasar bagi kehidupan-tak ada ilmuwan yang mampu, meskipun contoh-contoh protein sudah ada di tangan mereka.
Sudah jelas bahwa sosok yang mempunyai ilmu dan kekuasaan yang demikian agung-yakni Allah-adalah pencipta hewan ini. Kumbang penyemprot hanyalah satu di antara jutaan makhluk ciptaan Allah, dan merupakan contoh kekuasaan Allah yang tak terbatas dan tiada bandingannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar